Showing posts with label Konstruksi Beton. Show all posts
Showing posts with label Konstruksi Beton. Show all posts

Friday, December 20, 2013

Pekerjaan Pengecoran beton dan beton bertulang

Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 – 2847 Tahun 2002) dengan jenis beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).
Persyaratan uji :
  • Trial Test dan Mix Design, Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton struktur.
  • Actual Random Test, Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung untuk mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.
  • Slump Cone Test, Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.
  • Tes Tekan Beton, Pada saat pelaksanaan pengecoran pondasi, balok, plat dan kolom harus dibuatkan silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam (SNI03 – 2847 Tahun 2002), dan dilakukan pengetesan di Laboratorium konstruksi beton.
Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau beton yang bukan struktur.

Bahan untuk adukan beton :
Semen :
  • Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI.
  • Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.
  • Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong semen yang masih utuh.
  • Untuk penyimpanan diletakkan min. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.
Agregat Beton :
  • Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI03 – 2847 Tahun 2002) jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5% keseluruhannya.
  • Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan (SNI03 – 2847 Tahun 2002).
  • Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat campuran di daerah baik menurut (SNI03 – 2847 Tahun 2002).
Air :
  • Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
Besi Beton :
  • Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar / rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai dengan diameter masing-masing.
Kayu untuk cetakan beton :
  • Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu meranti.
  • Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal ± 9 mm dan pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek dilapis cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/schafolding.
Pelaksanaan Pekerjaan Beton :
  • Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman.
  • Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata harus memakai mesin Pengaduk beton / Concrete mixer pengaduk (untuk pembuatan beton praktis campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr) dan memakai Ready Mix (untuk pembuatan beton struktur dengan mutu beton fc’ 22 Mpa).
  • Segera setelah beton dituangkan kedalam bekesting, adukan harus dipadatkan dengan concrete vibrator
  • Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air diatas permukaan terus menerus selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat lantai, sedangkan untuk kolom struktur harus dilindungi dengan membungkus dengan karung goni yang dibasahi.
  • Pembongkaran bekesting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras
  • Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata dengan campuran 1 pc : 3 ps : 6 kr dengan ketebalan minimum 5 cm.
Pekerjaan Bekisting :
  • Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang ditentukan dalam gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
  • Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll. dibuat dari papan/ multiplek t = 9 mm yang berkwalitas baik dan tidak pecah-pecah.
  • Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan
  • Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
  • Bambu disarankan tidak digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik, terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul selama pengecoran, seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
  • Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering dari air limbah, minyak dan kotoran lainnya.
Pekerjaan Baja Tulangan :
  • Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan, sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan harus dipersiapkan menurut SNI03 – 2847 Tahun 2002.
  • Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan dalam gambar.
  • Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan tulangan, jarak antara tulangan dengan bekesting untuk mendapatkan tebal selimut beton / beton decking yang cukup.
  • mempergunakan penyekat / spacer, dudukan / chairs dari blok beton atau baja.
  • Bila dipakai blok beton, maka mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan atau dengan campuran 1 Pc : 2 Ps dan dipasang sudah dalam kondisi kering, semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
  • Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bila perlu.
  • Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti
  • Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah ± 2.5 mm.
Terima kasih
semoga bermanfaat..!

Sunday, June 23, 2013

Standart Pembesian tahan Gempa untuk Rumah tinggal sederhana

Standart Pembesian tahan Gempa untuk Rumah tinggal sederhana 
Membangun rumah bukan cuma sekedar dengan design tata ruang yang bagus/nyaman, tapi juga harus dengan mempertimbangkan kekuatan bangunan terhadap kemungkinan adanya kejadian bencana alam yang mungkin terjadi.
Pembangunan rumah/bangunan dengan konsep tahan gempa untuk sudah merupakan keharusan agar tidak sampai terjadi hal-hal yang merugikan baik harta/jiwa yang sebenarnya bisa dihindari.

Faktor pembesian struktur bangunan merupakan hal yang kadang di laksanakan tanpa pertimbangan teknis yang memadai.
dibawah ini contoh pembesian tahan gempa untuk rumah tinggal sederhana.
semoga bisa bermanfaat.......!






Wednesday, June 6, 2012

Memahami Mutu Beton fc (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2)

Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk ataupun pada proses pembuatannya.
Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.

Mutu Beton fc'
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute).
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.

Mutu Beton Karakteristik
Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama
.
Contoh : 
K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
F’c = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm


uji mutu beton
 Berikut tabel konversi dari mutu beton fc ke beton K.

tabel konversi mutu beton
note :
Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI
  • Faktor konversi benda uji kubus ke silinder = 0,83
  • Konversi satuan Mpa ke kg/cm2 ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2
atau 1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2
 ( jika ditetapkan secara khusus oleh Konsultan Desain )

Contoh : 

1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2

fc. 5 Mpa setara dengan = (5x10) / 0,83 = 50 / 0,83 = 60,24 kg/cm2
K. 100 kg/cm2 setara dengan = (100/10) x 0.83 = 10 x 0,83 = 8,3 Mpa
( cara praktis )

tabel diatas merupakan contoh yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan mutu beton dalam pelaksanaan terkait dengan pemahaman antara Kualitas Beton dengan fc ( Mpa ) dan K ( kg/cm2 ).
Untuk mengetahui kepastian komposisi campuran dan kualitas yang diinginkan bisa dilakukan uji laboratorium Mix Design ( penyelidikan material ) serta melakukan slump tes

tabel slump test beton
Penentuan nilai Fc’ bisa juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm.
Dalam hal ini fc’ didapat dari perhitungan konversi berikut ini :
Fc’=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83 (sebagaimana penjelasan diatas).

Contoh :
K.300 (kg/cm2) ------>  MPa. Dengan mengalikan 0,098 ==> fck = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
Konversi K ke Fc sebagai berikut :

      Fc’=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
 
     K 300 = 300 kg/cm2 = ............MPa ;
     1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2

     1. K.300 = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
     2.
K.300 = (0,76 + (0,2xlog(29,4/15)))x29,4 = 24,06 MPa

terima kasih .. 
semoga bermanfaat ....

Friday, February 17, 2012

Detail Standart Penulangan Beton Untuk Gedung

Standar ini merupakan detail dan pendetilan penulangan beton untuk bangunan gedung yang meliputi Toleransi, Gambar Kombinasi, Kait dan Bengkokan, Balok dan Balok Induk, Kolom, Panjang Penyaluran dan Sambungan Tulangan, Detail Sambungan, Penumpu Tulangan, Detail Rangka Portal, Join, Dinding, Diafragma dan Plat beton, Tata Cara Pabrikasi, Penumpu Tulangan, Pemasangan Tulangan Berdasarkan Ukuran/Jarak.



Salam....!
Semoga bermanfaat...!

Download DWG-FILE

Thursday, October 20, 2011

Bagian bagian Atap Rangka Kayu untuk Rumah Tinggal Sederhana


Bagian-bagian   atap   terdiri   atas :
  • Kuda-kuda
  • Ikatan   angin
  • Jurai
  • Gording
  • Sagrod
  • Bubungan
  • Usuk
  • Reng
  • Penutup atap
  • dan talang
 
Gording
Gording   membagi   bentangan   atap   dalam   jarak-jarak   yang   lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda.

Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang  usuk   yang   tersedia.
Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.
Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk  memperkuat dan   mencegah dari terjadinya pergerakan. 
Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording
Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5   m.
Gording   dari   baja   profil   canal   (Iight   lip   channel)   umumnya   akan mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau  framework   yang   disebut   jurai.   Jurai   dibedakan   menjadi   jurai   dalam   dan jurai luar. 
Ukuran sama dengan gording.

Sagrod
Sagrod adalah batang besi bulat  terbuat  dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser (diperpanjang/diperpendek).

Usuk/kaso  

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording.   Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. 
Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk. 
 
Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m.
Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap   dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan.
Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah   tegak lurus   usuk   dengan   jarak   menyesuaikan   dengan   panjang   dari   penutup atapnya (genteng)

Penutup Atap  

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur   atap.
Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.
Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban   kerja   (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air,  tahan   terhadap    perubahan cuaca.
Struktur penutup yang sering digunakan antara lain;  genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

Sunday, March 20, 2011

Detail Pembesian pada struktur bangunan sederhana tidak bertingkat

Bencana gempa yang datang pada era dewasa dan banyaknya korban terutama akibat runtuhnya bangunan harusnya membuat kita semua berfikir., Apakah semua ini terjadi akibat besarnya gempa ?, ataukah ini terjadi akibat kualitas bangunan yang tidak standart ? ataukah akibat kedua duanya.
Pemenuhan kualitas bangunan terutama pada struktur bangunan sudah tidak bisa ditawar lagi tambahan biaya untuk standarisasi konstruksi bangunan tahan gempa kalau dibanding dengan akibat yang akan terjadi kalau kita sembrono tidak akan berarti.
Melalui tulisan ini penulis mengajak kepada seluruh pelaku konstruksi baik  pelaksana maupun perencana dan masyarakat umum untuk mulai mempertimbangan dan menggunakan standart bangunan tahan gempa dalam setiap kegiatan konstruksi bangunan untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana gempa, sehingga tidak ada korban jatuh sia sia untuk sebuah alasan ekonomis.

Dari hasil pengamatan kerusakan yang dilakukan selama berapa tahun pada bangunan rumah tinggal, maka dapat dikelompokkan kerusakan menjadi 8 tipe, yaitu :
  1. Tipe kerusakan dinding akibat beban tegak lurus bidang dinding,
  2. Tipe dinding retak pada setiap sudut bukaan,
  3. Tipe dinding terpisah pada sudut dan pertemuan,
  4. Tipe dinding hancur pada pertemuan sudut,
  5. Tipe dinding terpisah pada sudut dan pertemuan,
  6. Tipe retak diagonal pada dinding yang terjadi melalui siar,
  7. Tipe retak diagonal pada dinding yang terjadi melalui unsur penyusunnya (bata atau batako),
  8. Tipe rangka atap lepas dari dudukannya, tipe kegagalan pada pertemuan balok dan kolom beton bertulang, tipe mutu bahan dan mutu pengerjaan yang buruk.
Kerusakan pada bangunan dengan konstruksi pasangan tanpa perkuatan pada umumnya disebabkan oleh :
  • Bangunan relatif berat
  • Bangunan tidak daktail
  • Bangunan tidak kuat menahan tarikan yang terjadi akibat gaya gempa yang bekerja di arah tegak lurus bidang dinding.
Kerusakan pada bangunan dengan konstruksi pasangan dengan perkuatan pada umumnya disebabkan oleh:
  • Tidak ada angkur untuk mengikat antara dinding dengan elemen perkuatannya (kolom dan balok).
  • Tidak ada elemen perkuatan untuk bidang dinding yang luasnya ≥ 6m2.
  • Detail penulangan yang tidak benar pada pertemuan elemen-elemen perkuatan.
  • Mutu beton dari konstruksi rangka balok dan kolom sangat rendah.
  • Diameter dan total luas penampang tulangan yang dipasang terlalu kecil, jarak antar sengkang yang dipasang terlalu besar
Semoga sedikit tulisan ini bisa membawa manfaat.
Terima kasih..!
sumber : pedoman_teknis_bangunan_tahan_gempa