Showing posts with label sipil. Show all posts
Showing posts with label sipil. Show all posts

Monday, January 13, 2014

Menghitung Ukuran, Dimensi Pondasi Menerus Batu Kali

Cara Menghitung Ukuran / Dimensi Pondasi Menerus

Hitungan pondasi harus dibuat dan direncanakan pada keadaan yang paling aman bagi konstruksi bangunan tersebut, artinya beban bangunan yang dipakai harus yang terbesar dan sebaliknya kekuatan daya dukung tanah di bawah pondasi dipakai yang terkecil.

Rumus Pondasi =P / σ t

Keterangan:


P = Beban bangunan yang didukung oleh pondasi, yaitu:


  1. Berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya
  2. Berat Atap
  3. Berat Plafond
  4. Berat Balok Sloof, dan Balok Keliling Atas
  5. Berat sendiri Pondasi
  6. Berat tanah di atas Pondasi

    Untuk menghitung berat konstruksi dari bangunan dan bahannya, dipakai Peraturan Muatan Indonesia, NI – 18.
    1. Berat pasangan bata dengan perekat 1kp : 1pc : 2ps adalah 1.700 kg/m3.
    2. Bila dipakai perekat 1pc : 2ps : beratnya 2.000 kg/m3.
    3. Untuk pasangan bata dengan perekat campuran kapur dan semen atau sebagian pakai perekat kapur dan sebagian lagi dengan perekat semen dapat dipakai berat rata-rata 1.800 kg/m3. Berat ini sudah termasuk plesterannya, jadi tebal pasangan bata yang dipakai adalah15 cm untuk pasangan ½ batu dan 30 cm untuk pasangan 1 batu, Kurang dari ukuran tersebut, Kolom praktis dapat dianggap sebagai berat pasangan bata.
    4. Untuk balok sloof dan balok keliling dari konstruksi beton bertulang dipakai berat = 2.400 kg/m3.
    5. Penutup atap dari genteng+usuk+reng = 50 kg/m2, bila termasuk gordingnya dipakai berat = 110 kg/m2.
    6. Penutup atap sirap+usuk+reng = 40 kg/m2.
    7. Penutup asbes+gording = 50 kg/m2.
    8. Berat kuda-kuda kayu = 60 kg/m.
    9. Berat plafond eternit+penggantung = 20 kg/m2.
    10. Berat pondasi batu belah/kali = 2.200 kg/m3.
    11. Tanah kering – udara lembab = 1.700 kg/m3, tanah basah = 2.000 kg/m3, berat ini berlaku juga untuk pasir.
    12. Berat lantai tidak diperhitungkan sebagai beban pondasi karena langsung didukung oleh tanah di bawahnya.

        σt = kemampuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk dipakai mendukung beban bangunan di atasnya.

        Apabila tidak dilakukan penyelidikan tanah untuk mengetahui kekuatannya, maka daya dukung tanah yang boleh dipakai sebesar-besarnya adalah 1 kg/cm2 (= 10 t/m2). Kemampuan daya dukung tanah yang dipakai adalah yang terletak langsung di bawah pondasi.

        Kita mungkin pernah mendengar bermacam-macam Jenis Tanah, ada Tanah Sangat Lembek, Lembek, Keras, Sangat Keras, dan sebagainya. Klasifikasi ini berdasarkan Kekuatan Daya Dukung Tanah tersebut, yang bisa didapat dengan Uji Kuat Tekan Tanah (Uji Penetrasi atau disebut juga Uji Sondir).

        Berdasarkan Percobaan Uji Sondir (Standard Penetration Test, SPT), Nilai Daya Dukung Tanah untuk Jenis Tanah yang berbeda-beda Besar nya tidak sama (bervariasi), seperti dapat kita lihat pada Tabel dibawah ini.

        Keadaan Konsistensi Tanah Daya Dukung Tanah (kg/cm2)

        • Sangat Lembek   σt = 0,0 - 0,3
        • Lembek   σt = 0,3 - 0,6
        • Sedang   σt = 0,6 - 1,2
        • Keras   σt = 1,2 - 2,4
        • Sangat Keras   σt = 2,4 - 4,8
        • Keras Sekali   σt > 4,8  
        Ukuran luas dasar pondasi yang direncanakan akan dipakai. Untuk ukuran bagian atas pondasi:
        • ½ batu minimum = 20 cm
        • 1 batu minimum = 30 cm
          Untuk pondasi menerus hanya ditinjau setiap 1 m panjang pondasi, jadi yang dimaksud F disini adalah = lebar pondasi bawah x 1 m. Misalnya:
          • Beban bangunan setiap m panjang (P) = 5 t/m'
          • Daya dukung tanah yang diijinkan (σt) = 0,8 kg/cm2.
          • F pondasi = (5000 t/m)' / (8000 kg/m2) = 0,625 m
          • Dipakai lebar pondasi b = 0,7m (selalu dibulatkan keatas).
          Diatas pondasi batu kali biasanya di buat Sloof, yaitu pasangan beton bertulang yang akan mengikat konstruksi tiang tiang beton yang kemudian disalurkan secara merata ke pondasi batu kali ini. Sloof untuk rumah 1 lantai biasanya berukuran 15/20 cm, dan untuk rumah 2 lantai biasanya berukuran 20/30.

          Untuk kondisi tanah yang stabil, sistem pondasi Batu Kali ini cukup memadai untuk memikul beban konstruksi diatasnya, dan sistem pondasi ini biasanya dipakai untuk bangunan 1 lantai, dan untuk bangunan 2 lantai umumnya akan di tambah pondasi Telapak atau Pondasi Cakar Ayam di titik titik struktural.

            Friday, December 20, 2013

            Pekerjaan Pengecoran beton dan beton bertulang

            Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 – 2847 Tahun 2002) dengan jenis beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).
            Persyaratan uji :
            • Trial Test dan Mix Design, Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton struktur.
            • Actual Random Test, Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung untuk mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.
            • Slump Cone Test, Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.
            • Tes Tekan Beton, Pada saat pelaksanaan pengecoran pondasi, balok, plat dan kolom harus dibuatkan silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam (SNI03 – 2847 Tahun 2002), dan dilakukan pengetesan di Laboratorium konstruksi beton.
            Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau beton yang bukan struktur.

            Bahan untuk adukan beton :
            Semen :
            • Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI.
            • Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.
            • Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong semen yang masih utuh.
            • Untuk penyimpanan diletakkan min. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.
            Agregat Beton :
            • Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI03 – 2847 Tahun 2002) jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5% keseluruhannya.
            • Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan (SNI03 – 2847 Tahun 2002).
            • Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat campuran di daerah baik menurut (SNI03 – 2847 Tahun 2002).
            Air :
            • Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
            Besi Beton :
            • Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar / rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai dengan diameter masing-masing.
            Kayu untuk cetakan beton :
            • Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu meranti.
            • Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal ± 9 mm dan pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek dilapis cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/schafolding.
            Pelaksanaan Pekerjaan Beton :
            • Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman.
            • Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata harus memakai mesin Pengaduk beton / Concrete mixer pengaduk (untuk pembuatan beton praktis campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr) dan memakai Ready Mix (untuk pembuatan beton struktur dengan mutu beton fc’ 22 Mpa).
            • Segera setelah beton dituangkan kedalam bekesting, adukan harus dipadatkan dengan concrete vibrator
            • Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air diatas permukaan terus menerus selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat lantai, sedangkan untuk kolom struktur harus dilindungi dengan membungkus dengan karung goni yang dibasahi.
            • Pembongkaran bekesting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras
            • Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata dengan campuran 1 pc : 3 ps : 6 kr dengan ketebalan minimum 5 cm.
            Pekerjaan Bekisting :
            • Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang ditentukan dalam gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
            • Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll. dibuat dari papan/ multiplek t = 9 mm yang berkwalitas baik dan tidak pecah-pecah.
            • Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan
            • Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
            • Bambu disarankan tidak digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik, terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul selama pengecoran, seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
            • Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering dari air limbah, minyak dan kotoran lainnya.
            Pekerjaan Baja Tulangan :
            • Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan, sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan harus dipersiapkan menurut SNI03 – 2847 Tahun 2002.
            • Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan dalam gambar.
            • Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan tulangan, jarak antara tulangan dengan bekesting untuk mendapatkan tebal selimut beton / beton decking yang cukup.
            • mempergunakan penyekat / spacer, dudukan / chairs dari blok beton atau baja.
            • Bila dipakai blok beton, maka mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan atau dengan campuran 1 Pc : 2 Ps dan dipasang sudah dalam kondisi kering, semua tulangan harus diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
            • Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bila perlu.
            • Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti
            • Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah ± 2.5 mm.
            Terima kasih
            semoga bermanfaat..!

            Tuesday, December 17, 2013

            Design Rumah Tumbuh

            Banyak orang yang telah mendengar adanya istilah rumah tumbuh, tapi banyak juga yang tidak faham dengan apa yang di maksud dengan rumah tumbuh.
            Lalu apa yang dimaksud dengan rumah tumbuh ..?
            Kenapa disebut dengan rumah tumbuh...?
            Sebenarnya rumah tumbuh adalah istilah untuk pembangunan rumah yang dilakukan secara bertahap yang terencana secara matang dari awal sesuai dengan dana yang tersedia, secara garis besar ada 2 macam design rumah tumbuh, yaitu jenis vertikal dan horizontal.
            Rumah tumbuh vertikal
            Ini biasanya dilakukan bagi mereka yang mempuyai lahan yang sempit sehingga tidak ada pilihan selain membangun ke atas.
            Jenis ini butuh persiapan dengan dana awal yang lebih besar karena struktur bangunan harus sudah disiapkan  untuk rumah bertingkat, walaupun tidak dilaksanakan secara sekaligus ( bertahap )
            Rumah tumbuh horizontal
            Dilakukan oleh mereka yang punya lahan cukup luas sehingga masih cukup banyak ruang kosong untuk mengembangkan rumah sesuai dengan kebutuhan.
            Jenis ini cenderung lebih murah dan mudah karena design awal untuk struktur hanyak diperuntukkan untuk rumah tidak bertingkat.

            Dalam pembangunan rumah tumbuh ada beberapa hal yang harus diperhatikan baik dari sisi arsitektural  maupun dari sisi design struktural sesuai dengan perencanaan yang dimaksud.
            Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk membangun rumah tumbuh :
            1. Tentukan besaran dana yang akan digunakan
            2. Konsultasikan / rancang rumah anda dalam design yang utuh sesuai dengan keinginan ( tanpa melihat dana yang sudah ada )
            3. Pilah pilah bagian mana yang akan menjadi prioritas untuk lebih dulu dibangun.
            4. Tentukan pola pembangunan/tahapan dalam pengerjaan sehingga tidak perlu adanya pekerjaan bongkar pasang dalam kelanjutan pembangunan di tahap selanjutnya.
            Usahakan menggunakan jasa profesional karena dalam pembangunan secara bertahap/tumbuh ada beberapa hal yang harus didesign dengan perhitungan terhadap kekuatan struktur dan tata ruang yang ada, misalnya :
            • Pondasi bangunan, harus diperhitungkan apakah  untuk rumah bertingkat atau tidak ( tumbuh vertikal atau horizontal ).
            • Struktur utama ( sloof, kolom, ring, balok serta kemungkinan adanya plat beton ) harus benar benar diperhitungkan terhadap kekuatan struktur terutama bila untuk rumah bertingkat ( tumbuh vertikal ), jangan hanya dengan rumus "biasanya kuat" tapi harus benar benar dihitung secara teknis.
            • Design tata ruang yang matang sehingga kecukupan dana pada tahap pertama benar benar bisa secara maksimal di terapkan dengan tata ruang yang berkelanjutan.
            Selain dari itu hal non teknis yang harus diperhatikan :
            • Sumber dan kecukupan dana juga harus diperhitungkan, jangan sampai kita membangun tahap pertama sekaligus juga tahap terakhir alias berhenti.
            •  Kemungkinan adanya kenaikan harga material secara significan
            • Carilah tenaga yang benar benar faham masalah teknis, atau setidak tidaknya ada tenaga yang menjadi mandor yang faham dan mengerti teknis bangunan.

            Baiklah, ini adalah sedikit uraian dari rumah tumbuh semoga bisa menjadi solusi bagi pemilik rumah yang ingin mengembangan rumah dengan dana terbatas.

            Friday, November 30, 2012

            Konsep Dasar Pembangunan Rumah Tahan Gempa

            Membangun rumah merupakan impian banyak orang....
            Kenyamanan, Keindahan, Type, Model, Karakter merupakan hal yang sudah menjadi kebutuhan,
            bagaimana dengan kekuatan bangunan terhadap gempa..??
            apakah sudah menjadi pertimbangan...?? 



















            sumber :
            DIREKTORAT PEMBINAAN SMK DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

            Spesifikasi Teknis Rumah, Bangunan Tahan Gempa sederhana

            Pengertian Bangunan Tahan Gempa adalah :
            Bangunan yang direncanakan dapat mencegah terjadinya korban serta memperkecil kerugian harta benda saat terjadi gempa.

            Berikut spesifikasi teknis bangunan tahan gempa untuk rumah tinggal sederhana :







            Pengertian Struktur bangunan adalah :
            bagian dari bangunan yang berfungsi menyalurkan beban yang bekerja pada bangunan ke dalam tanah, dan pada umumnya struktur bangunan merupakan gabungan dari beberapa elemen (balok, kolom dan sloof) yang bekerja sebagai satu kesatuan dalam memikul/menerima beban
             
            Penggunaan material non struktural disesuaikan dengan kebutuhan
            (dinding, plafon,lantaidan kusen)

            Monday, July 16, 2012

            Mengenal Alat Sambung Profil Aluminum, Pintu Jendela Aluminium

            Untuk mengerjakan suatu konstruksi aluminium diperlukan alat sambung dalam pekerjaan konstruksi aluminium untuk bangunan gedung seperti kusen, daun pintu / jendela, dan sebagainya pada umumnya menggunakan alat sambung berupa  paku keling rivet atau baut sekerup.
            Untuk konstruksi aluminium dengan dinding atau beton maka diperlukan fiser dari bahan plastik yang ditanam dalam tembok atau beton.
            Fiser ditanam setelah bidang tembok atau beton dilubangi dengan bor beton.
            Setelah fiser ditanam maka konstruksi aluminium dapat ditempelkan dengan cara disekerupkan pada fiser tersebut. 
            Paku keling rivet terdapat dalam beberapa macam ukuran diameter (d), pajang paku (L) juga terdapat beberapa macam. 
            Namun yang banyak digunakan adalah paku keling rivet dengan dimeter 3 mm panjang 10 mm. Untuk pemasangan engsel-engsel pintu  maka digunakan diameter yang lebih besar.
            Sedangkan diameter tangkai rivet juga terdapat dalam beberapa ukuran tergantung diameter paku kelingnya, contoh ;
            • untuk paku keling diameter 3 mm tangkai rivetnya berdiameter 1½  mm,
            • sedang untuk paku keling   dimeter 5 mm tangkai rivetnya berdiameter 2 mm.
            Pada ujung tangkai rivet terdapat kepala yang berfungsi sebagai penekan paku keling pada saat  pengelingan rivet berlangsung, sedangkan ujung tangkai lainnya  sepanjang  ±  30 mm dimasukkan ke dalam alat rivet untuk dijepit dan ditarik sehingga kepala tangkai menekan paku keling dilakukan berulang-ulang hingga tangkai putus di bagian leher dan ujung paku membengkak dan mengancing sambungan dengan kuat.
             

             Baut sekerup ada 2 ( dua ) macam :
            1. Baut sekerup dengan ulir penuh sepanjang batang (sepanjang L). Baut ini jenis inilah yang sering digunakan untuk penyambungan batang aluminium. Terdapat berbagai macam ukuran diameter dengan panjang yang bervariasi, namun yang umum digunakan adalah  baut dengan panjang ½ ” dan ¾ ” dengan diameter  ± 3 mm.
            2. Baut  sekerup dengan ulir sepanjang 2/3 dari panjang baut (sepanjang 2/3 L). Baut ini biasanya dipakai untuk pemasangan konstruksi aluminium (misalnya kusen) menempel pada dinding tembok atau beton, juga untuk memasang engsel daun pintu.
            3. Untuk pemasangan baut sekerup pada tembok atau beton maka diperlukan alat tambahan yang disebut Fiser, Fiser terbuat dari bahan plastik. Tembok atau beton yang akan disekerup dilubangi terlebih dahulu dengan mesin bor beton, setelah itu fiser dimasukkan kedalam lubang tersebut. Pemasangan baut sekerup dikenakan pada fiser tersebut hingga mengancing dengan kuat.
            Adapun bentuk fiser adalah sebagai berikut :


            Sumber :
            Modul keahlian teknik bangunan SMK Departemen Pendidikan Nasional th. 2002 dengan judul “Membuat Sambungan Batang Aluminium Dengan Paku Keling Rivet dan Baut Sekerup”

            Wednesday, June 6, 2012

            Memahami Mutu Beton fc (Mpa) dan Mutu Beton K (kg/cm2)

            Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk ataupun pada proses pembuatannya.
            Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.

            Mutu Beton fc'
            Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
            Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute).
            MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.

            Mutu Beton Karakteristik
            Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
            Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama
            .
            Contoh : 
            K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
            F’c = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm


            uji mutu beton
             Berikut tabel konversi dari mutu beton fc ke beton K.

            tabel konversi mutu beton
            note :
            Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI
            • Faktor konversi benda uji kubus ke silinder = 0,83
            • Konversi satuan Mpa ke kg/cm2 ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2
            atau 1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2
             ( jika ditetapkan secara khusus oleh Konsultan Desain )

            Contoh : 

            1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2

            fc. 5 Mpa setara dengan = (5x10) / 0,83 = 50 / 0,83 = 60,24 kg/cm2
            K. 100 kg/cm2 setara dengan = (100/10) x 0.83 = 10 x 0,83 = 8,3 Mpa
            ( cara praktis )

            tabel diatas merupakan contoh yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan mutu beton dalam pelaksanaan terkait dengan pemahaman antara Kualitas Beton dengan fc ( Mpa ) dan K ( kg/cm2 ).
            Untuk mengetahui kepastian komposisi campuran dan kualitas yang diinginkan bisa dilakukan uji laboratorium Mix Design ( penyelidikan material ) serta melakukan slump tes

            tabel slump test beton
            Penentuan nilai Fc’ bisa juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm.
            Dalam hal ini fc’ didapat dari perhitungan konversi berikut ini :
            Fc’=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
            Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83 (sebagaimana penjelasan diatas).

            Contoh :
            K.300 (kg/cm2) ------>  MPa. Dengan mengalikan 0,098 ==> fck = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
            Konversi K ke Fc sebagai berikut :

                  Fc’=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
             
                 K 300 = 300 kg/cm2 = ............MPa ;
                 1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2

                 1. K.300 = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
                 2.
            K.300 = (0,76 + (0,2xlog(29,4/15)))x29,4 = 24,06 MPa

            terima kasih .. 
            semoga bermanfaat ....

            Friday, February 17, 2012

            Detail Standart Penulangan Beton Untuk Gedung

            Standar ini merupakan detail dan pendetilan penulangan beton untuk bangunan gedung yang meliputi Toleransi, Gambar Kombinasi, Kait dan Bengkokan, Balok dan Balok Induk, Kolom, Panjang Penyaluran dan Sambungan Tulangan, Detail Sambungan, Penumpu Tulangan, Detail Rangka Portal, Join, Dinding, Diafragma dan Plat beton, Tata Cara Pabrikasi, Penumpu Tulangan, Pemasangan Tulangan Berdasarkan Ukuran/Jarak.



            Salam....!
            Semoga bermanfaat...!

            Download DWG-FILE

            Monday, January 16, 2012

            Menghitung Volume Besi per-m3 beton bertulang

            Dalam Sebuah kegiatan pembangunan perumahan salah satu hal yang paling sulit dilakukan oleh mereka yang awam adalah cara menghitung volume material yang dibutuhkan secara tepat dan efisien.
            Pada kesempatan kali ini saya mencoba membahas mengenai perhitungan volume besi tulangan pada tiap m3 beton ( satuan yang biasa digunakan untuk volume beton bertulang adalah m3 ).
            Contoh kasus.
            Dimensi beton 15/20 cm dengan rincian penulangan :
            • tulangan 4 diameter 12 ( tulangan utama ) 
            • tulangan diameter 6 jarak 20 cm ( tulangan beugel )
            Secara prinsip kita harus bisa menterjemahkan volume 1 m3 beton dengan ukuran 15/20 cm.
            • 1 m3 beton = 1/(0.15x0.2) m ( panjang beton 1 m3, dimensi 15/20 ) = 33 ,33 m dibulatkan 34 m
            • Asumsi yang digunakan panjang 1 lonjor besi = 12 m
            panjang besi tulangan yang dibutuhkan :
            Besi tulangan Utama
            panjang Besi diameter 12 = 4 bh x ( 34 m - 0,02 m ( selimut beton )) = 4 x 33,98 = 135,92 m
            panjang besi dalam lonjor = 135,92/12 = 11,33 ljr
            berat besi 12 per-lonjor = 0,074x12x12 = 10,66 kg/ljr( bisa dengan menggunakan tabel besi tulangan )
            (reff. perhitungan praktis berat besi per-lonjor = analisa harga satuan dan rencana anggaran biaya )
            jumlah berat besi 12 dalam 1 m3 ukuran 15/20 = 10,66 kg/ljr x 11,33 ljr = 120,74 kg

            Besi tulangan beugel
            jumlah beugel dengan jarak 20 cm sepanjang 34 m beton bertulang = 34 m / 0.2 m = 170 bh beugel
            Perhitungan panjang beugel pada beton dimensi 15/20.
            selimut beton = 1,5 cm ( satu sisi ) = 3 cm ( dua sisi )
            panjang 1 beugel [ (15-1,5x2)x2 sisi + (20-1,5x2)x2 sisi ] = 12x2 + 17x2 = 24 + 34 = 58 cm
            panjang pembengkokan tulangan 5 cm x 2 = 10 cm
            Panjang total 1 beugel = 58 + 10 = 68 cm = 0,68 m
            berat besi 6 per-lonjor = 0,074x6x6 = 2,66 kg/ljr ( bisa dengan menggunakan tabel besi tulangan )
            jumlah panjang total = 0,68 m x 170 bh =  115,6 m/12  = 9,63 ljr 
            jumlah berat beugel total = 9,63 ljr x 2,66 kg/ljr = 25,63 kg

            Jumlah berat besi total dalam 1 m3 beton ukuran 15/20 = 120,74 + 25,63 = 146,37 kg/m3

            Ini adalah contoh kasus sederhana yang mungkin bisa digunakan untuk memahami perhitungan kg besi dalam 1 m3 beton bertulang.